Adalah satu hal yang umum dalam suatu pertandingan olah raga, ketika salah seorang kompetitor menang ataupun mendapatkan nilai, dia akan melakukan selebrasi, atau gesture yang menunjukan dia merasa senang. Misal dengan mengepalkan tangan atau berteriak, dan semacamnya. Namun di Kendo, selebrasi ataupun gesture yang semacam itu sangat dilarang. Bahkan membuat kemenangan atau nilai yang didapat menjadi batal. Hal ini tentu terasa aneh untuk orang yang baru atau belum mengenal Kendo.
Ternyata, larangan selebrasi tersebut berkaitan dengan prinsip utama dari Kendo, yaitu semangat Bushido dan jiwa Samurai.
Kendo memang identik dengan semangat Bushido dan Samurai. Kendo merupakan turunan dari seni berpedang para samurai pada jaman dahulu, dan prinsip-prinsip hidup samurai pun ditanamkan dalam latihan Kendo.
Ketika akan memulai latihan, Kendoka akan melakukan Rei, atau menghormat kepada teman latihan. Hal ini bermakna kita meminta tolong kepada teman latihan kita untuk membantu kita berlatih. Dan ketika selesai kita juga melakukan Rei untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan. Begitu juga saat pertandingan, karena pada dasarnya pertandingan Kendo pun adalah salah satu bentuk latihan.
Dalam sebuah pertandingan, 2 Kendoka saling berusaha mengalahkan satu sama lain, tetapi pada prinsipnya mereka sedang berusaha menaklukan diri sendiri, atau yang dalam kendo di sebut Shikai – 4 penyakit hati: Takut, Terkejut, Ragu-ragu, dan Bingung (pikiran tidak jernih).
Dalam pertandingan, penonton dilarang untuk berisik, apalagi berteriak memberi aba-aba / petunjuk ke salah satu Kendoka. Hal itu justru akan menganggu konsentrasi dari Kendoka yang bertanding. Penonton hanya boleh bertepuk tangan untuk memberi semangat.
Dalam filosofi Kendo, Shinai atau pedang bamboo yang kita pakai adalah pedang asli, biarpun tidak tajam. Karena itu kita harus memperlakukan Shinai sebagaimana seorang Samurai memperlakukan pedangnya. Misal tidak boleh dibuat mainan, tidak dilangkahi (ketika tergeletak di lantai) dan sebagainya.
Sehubungan dengan filosofi tersebut, ketika seorang Kendoka terkena serangan (ippon), maka dia dianggap telah mati terbunuh. Tentu suatu hal yang tidak terpuji ketika kita telah membunuh kemudian kita selebrasi.
Misal kalau kita lihat cuplikan film berikut
Selain karena filosofi tersebut, kita pun harus menghormati perasaan lawan yang mungkin hatinya sakit bahkan bias emosi karena telah kalah. Selebrasi kita tentu akan semakin membuat dia semakin sakit hati.
Nah kira-kira begitulah kenapa dalam Kendo selebrasi sangat dilarang dan bisa membatalkan kemenangan, karena bertentangan dengan prinsip Bushido yang saling menghargai satu sama lain, meskipun mereka adalah lawan atau musuh kita.
Kendoka, Malang, Jawa Timur, Indonesia